Ambisi ini sudah terlihat ketika beberapa pihak memaksakan calon ketua umum PSSI yang oleh FIFA dianggap tidak layak. Pihak yang ngotot ini menganggap FIFA bertindak terlalu jauh. Mereka juga menyatakan siap jika sepakbola Indonesia djatuhi sanksi oleh FIFA karena memilih calon yang dianggap tidak layak.
Yang lucu, mereka yang sekarang bersuara lantang menentang FIFA, dulu justru menggunakan statuta FIFA sebagai senjata untuk menggulingkan Nurdin Halid!!
Mereka mungkin lupa bahwa alasan utama sehingga insan sepakbola Indonesia menolak Nurdin Halid adalah minimnya prestasi sepakbola Merah Putih di pentas dunia. Nurdin Halid diminta mundur supaya ketua PSSI yang baru bisa membawa angin segar, dan bisa membuat Tim Garuda kembali disegani, setidaknya di level Asia Tenggara.
Tentu, prestasi itu hanya bisa muncul jika timnas Indonesia terlibat aktif di sejumlah turnamen. Namun bagaimana Tim Garuda bisa berprestasi jika kelak dikenai sanksi oleh FIFA? Biasanya hukuman FIFA berupa larangan mengikuti turnamen internasional pada periode tertentu. Jika timnas tak bisa bertanding (dan tentunya tak bisa menang), lalu apa bedanya dengan masa Nurdin Halid?
Harus diakui, sangat menggembirakan melihat beberapa calon (kuat) ketua umum PSSI adalah pihak yang berpengalaman. Ada yang bahkan punya dana tak terhingga. Namun apa artinya dana berlimpah jika Indonesia dikucilkan?
Keinginan menjadi ketua umum PSSI itu wajar-wajar saja. Juga sah. Namun jika itu kemudian berujung menjadi ambisi buta, yang menabrak aturan resmi, maka motivasi para calon ini harus dilihat lagi.
Dan jika melihat bagaimana gigihnya beberapa calon, aku jadi berpikir. Kenapa mereka begitu ngotot? Seempuk apakah kursi ketua umum PSSI sehingga banyak pihak yang terkesan mau melakukan apa saja?
Begitu menterengkah jabatan ketua umum PSSI itu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar